Sabtu, 14 Desember 2013

makkiyah dan madaniya



MAKKIYAH dan MADANIYAH

MAKALAH
Disusun guna Memenuhi tugas UAS
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu: Shobirin S.ag, M.ag.







Disusun Oleh :
Zainal Abidin   (212156)

 


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH/JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Usaha untuk mentafsirkan Alqur’an secara benar, tidak terlepas dari keharusan untuk mengetahui tentang kapan ayat Al-qur’an itu diturunkan, dimana dan kepada siapa ayat itu ditujukan, serta kondisi apa yang melatar belakangi turunnya ayat itu. Pengetahuan tentang hal itu akan dijelaskan secara rinci dalam ilmu Makki Wal Madani.
Oleh karena itu ilmu Makki wal Madani tidak dapat dipisahkan dari rangkaian ilmu-ilmu dalam disiplin ulumul qur’an. Ilmu ini menjelaskan tentang pengertian Makki dan Madani, cara-cara mengetahui Makki dan Madani, tanda-tandanya, mecam-macamnya, dan juga faedahnya.
Secara umum memang telah diketahui bahwa al-qur’an bahwa ayat-ayat al-qur’an itu terbagi dalam dua kelompok, yakni Makkiyah dan Madaniyah, namun bagaimana kriteria masing-masing kelompok itu, perlu dijelaskan secara rinci dan mendalam, untuk keperluan itu, untuk itu akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan Makki dan Madani.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, ada pokok permasalahan yang perlu dibahas, antara lain:
1.      Apa pengertian dan juga cara menentukan Makkiyah dan Madaniyah ?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan Makkiyah dan Madaniyah ?
3.      Bagaimana perbedaan ayat Makkiyah dan Madaniyah ?
4.      Surat apa saja yang termasuk golongan surat Makkiyah dan Madaniyah ?
5.      Apa saja manfaat dari memahami pembahasan Makkiyah dan Madaniyah ?
6.      Apa saja surat yang turun dikota selain Makkah dan Madinah ?

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah
Pengertian yang selama ini beredar terkait dengan Makkiyah dalah ayat-ayat yang diturunkan di kota Makkah, sedangkan Madaniyah alah ayat-ayat yang diturunkan di kota Madinah. Hal tersebut merupakan pendapat yang lemah serta mempersempit wawasan tentang ayat-ayat yang turun di tempat-tempat selain Makkah dan Madinah.
Para Ulama biasanya membagi perbedaan Makkiyah dan Madaniya sebagai berikut:
1.      Berdasarkan waktu, inilah yang paling popular dikalangan para mufasirin bahwa telah menjadi kesepakatan dikalangan mereka, bahwa surat atau ayat yang diturunkan sebelum hijrah adalah Makkiyah, sedangkan yang diturunkan sesudah hijrah adalah Madaniyah. Dalam hal ini tempat bukan menjadi ukuran.
2.      Berdasarkan tempat, jika diturunkan di Makkah (meliputi Mina, Arafah, Hudaibiyah) berarti Makkiyah. Jika diturunkan di Madinah (meliputi Badar dan Uhud) berarti Madinah.
3.      Beradasarkan khitab, yaitu seruan yang disampaikan. Jika ditujukan kepada penduduk Makkah berarti disebut Makkiyah. Jika ditujukan kepada penduduk Madinah berarti disebut Madaniyah.[1]
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Rosulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah (Makkah), tanpa peduli apakah ayat tersebut turun di Makkah atau tempat lain yang pembicaraannya dititik beratkan lebih ditujukan kepada penduduk Makkah.
Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya walaupun turunnya di Makkah, dan titik tekan arah pembicaraannya lebih ditujukan kepada penduduk Madinah.
Adapun untuk dapat mengetahui dan menentukan mana surat Makkiayah dan mana surat Madaniyah para ulama bersandar pada dua cara utama:
1.      Sama’I Naqli
Yaitu didasarkan pada sebuah riwayat shohih dari para sahabat yang hidup pada masa Nabi yang menyaksikan turunnya wahyu. Dan juga para tabi’in yang mendengar perkataan dari para sahabat.
2.      Qiyasi Ijtihadi
Yaitu didasarkan pada ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah. Apabila dalam surat Makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani atau mengandung peristiwa madani, maka dikatakan bahwa ayat itu Madani. Begitupun juga sebaliknya. Dan lain sebagainya mengenai ciri-ciri Makkiayah dan Madaniyah.[2]

B.     Sejarah perkembangan Makkiyah dan Madaniyah
Dikalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar atau kriteria yang dipakai untuk menentukan makiyah dan madaniyah suatu surat atau ayat.
Sebagian ulama menetapkan lokasi turunnya ayat-ayat atau surat sebagai dasar penentuan makiyah dan madaniyah, sehingga mereka membuat definisi makiyah dan madaniyah sebagai berikut:
Yang diartikan sebagi berikut: “Makiyah ialah yang diturunkan dimakkah sekalipun turunnya sesudah hijrah, madaniyah ialah yang diturunkan di madinah”
Agak sulit memang melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat makiyah dan madaniyah karena urutan tata tertib ayat tidak mengikuti kronologi waktu turunnya ayat tetapi berdasarkan petunjuk nabi. Lagi pula pada mushaf usmani yang menjadi acuan sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi.
Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang ditulis berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Quran yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi pembakaran mushaf tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya, padahal hat itu diperlukan, terutama terhadap ayat yang kritis tentang ayat-ayat nasikh dan manshukh, ayat-ayat muthlaq dan muqayyad, dan ayat-ayat ‘am dan khas.[3]

C.    Perbedaan Ayat-Ayat Makkiyah dan Madaniyah
1.      Makkiyah
a.       Setiap suratnya terdapat kata Kalla ( كلا ) sebagian besar ayatnya,
b.      Setiap suratnya terdapat Sujud Tilawah, sebagian ayat-ayatnya,
c.       Semua suratnya diawali huruf tahajji seperti Qaf ( ( ق, Nun ( ن ), Kha Mim ( حم ),
d.      Semua surat memuat kisah nabi Adam dan Iblis, kecuali dalam surat Al-Baqoroh,
e.       Semua surat memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu,
f.       Semua surat terdapat Khittab (seruan) kepada semua manusia ( يايهااالناس ),
g.      Semua surat menyeru dengan kaliamat “Anak Adam”,
h.      Semua surat isinya memberi penekanan pada masalah Akidah,
i.        Ayatnya pendek-pendek,
j.        Banyak mengandung kata-kata sumpah,
k.      Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf terpotong-potong (al-ahraf al-muqatha’ah atau fawaatihussuwar), seperti الم, الر,هم , kecuali Q.S Al-Baqoroh dan Ali ‘Imron, sedang Q.S. al-Ra’ad masih diperselisihkan,
l.        Surat atau ayat yang di awali atau di dalamnya terdapat kata-kata الحمدلله  dan kata-kataالحمد  lainnya, kecuali kata “بحمد ربك“ yang terdapat pada Q.S. al-Baqarah: 30 yang tergolong Madaniyyah,[4]
2.      Madaniyah
a.       Semua suratnya terdapat kata “orang-orang yang beriman” ( ياايهاالدين امنوا ),
b.      Semua surat terdapat hokum-hukum tentang faraidh (warisan), hudud, qishash dan jihad,
c.       Semua suratnya menyebut “orang-orang munafik”, kecuali surat Al-Ankabut,
d.      Semua suratnya memuat bantahan terhadap Ahlu Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani),
e.       Semua suratnya memuat hokum syara’,
f.       Ayatnya panjang-panjang.[5]



D.    Beberapa Contoh Surat Makkiyah dan Madaniyah
1.      Makkiyah[6]
Diantaranya :
1
Al-‘Alaq
47
An-Naml
2
Al-Qolam
48
Al-Qoshash
3
Al-Muzzammil
49
Al-Isro’
4
Al-Muddatstsir
50
Yunus
5
Al-Fatihah
51
Hud
6
Al-Lahab
52
Yusuf
7
At-Takwir
53
Al-Hir
8
Al-A’la
54
Al-An’am
9
Al-Lail
55
Ash-Shaffat
10
Al-Fajr
56
Luqman
11
Ad-Dhuha
57
Saba’
12
Al-Insyiroh
58
Az-Zumar
13
Al-Ashr
59
Ghofir
14
Al-Adiyat
60
Fushshilat
15
Al-Kautsar
61
Asy-Syura
16
At-takatsur
62
Az-Zukhruf
17
Al-Ma’un
63
Ad-Dukhan
18
Al-Kafirun
64
Al-Jatsiah
19
Al-Fiil
65
Al-Ahqof
20
Al-Falaq
66
Al-Adzariyat
21
An-Nas
67
Al-Ghosiyah
22
Al-Ikhlas
68
Al-Kahfi
23
An-Najm
69
An-Nahl
24
‘Abasa
70
Nuh
25
Al-Qodar
71
Ibrahim
26
Asy-Syams
72
Al-Anbiya’
27
Al-Buruj
73
Al-Mu’minun
28
At-Tiin
74
As-Sajadah
29
Al-Quroisy
75
At-Thur
30
Al-Qori’ah
76
Al-Mulk
31
Al-Qiyamah
77
Al-Haqqoh
32
Al-Humazah
78
Al-Ma’arij
33
Al-Mursalat
79
An-Naba’
34
Qaf
80
An-Nazi’at
35
At-Thoriq
81
Al-Balad
36
Al-Qomar
82
Al-Infithor
37
Shad
83
Al-Insyiqoq
38
Al-A’rof
84
Ar-Rum
39
Jinn
85
Al-Ankabut
40
Yasin
86
Al-Muthoffifin
41
Al-Furqon
87
Al-Zalzalah
42
Fathir
88
Ar-Rod
43
Maryam
89
Ar-Rohman
44
Thoha
90
Al-Insan
45
Al-Waqiah
91
Al-Bayyinah
46
Asy-Syu’ara



2.      Madaniyah[7]
Diantaranya :
1
Al-Baqoroh
13
Ali-Imron
2
Al-Anfal
14
Al-Ahzab
3
Al-Mumtahanah
15
Al-Hujurat
4
An-Nisa’
16
At-Tahrim
5
Al-Hadid
17
At-Taghabun
6
Al-Qital
18
As-Shaf
7
At-Tholaq
19
Al-Jumuah
8
Al-Hasr
20
Al-Fath
9
An-Nur
21
Al-Maidah
10
Al-Hajj
22
At-Taubah
11
Al-Munafiqun
23
An-Nashr
12
Al-Mujadilah



E.     Manfaat Memahami Makkiyah dan Madaniyyah
1.      Pembedaan nasikh dan mansukh, karena yang terakhir adalah nasikh bagi yang terdahulu.
2.      Merupakan bantuan dalam menafsirkan Al-Qur’an dalam membantu memahami maksud ayat, isyarat-isyarat, dan yang lain sebagainya.
3.      Pengetahuan terhadap sejarah pembentukan hukum dan fase-fase pembebanan, yang diiringi dengan keyakinan terhadap kenyataan bahwa fase tersebut pasti berasal dari Allah swt.
4.      Pemanfaatan terhadap gaya bahasa Al-Qur’an dalam mengajak kepada jalan Allah.
5.      Mengetengahkan sejarah Nabi dengan cara mengetahui jejak beliau dalam berdakwah dan yang lainnya.
6.      Menjelaskan tugas dan perhatian kaum muslimin terhadap Al-Qur’an, sehingga mereka belum cukup jika hanya sampai pada dataran menghafal Al-Qur’an, bahkan mereka mengikuti runtutan tempat turunnya ayat, mencari pengetahuan tentang turunnya sebelum dan sesudah Hijrah, yang turun pada malam dan siang hari, pada musim dingin dan musim panas, dan mereka diikuti oleh orang yang mmpelajari Al-quran dan ilmu-ilmunya.[8]
7.       Mengetahui siroh keNabian.[9]
8.      Mengetahui situasi dan kondisi masyarakat kota Makkah dan Madinah saat itu.



F.      Ayat Al-Quran yang turun selain dikota Makkah dan Madinah
1.      Surat Al-Baqoroh ayat : 281.
Turun di Mina pada tahun terjadinya Haji Wada’.[10]

(#qà)¨?$#ur $YBöqtƒ šcqãèy_öè? ÏmŠÏù n<Î) «!$# ( §NèO 4¯ûuqè? @ä. <§øÿtR $¨B ôMt6|¡Ÿ2 öNèdur Ÿw tbqãKn=ôàムÇËÑÊÈ  
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”[11]
2.      Surat Al-Maidah ayat : 3.
Turun di Arofah pada waktu Haji Wada’.[12]

ôMtBÌhãm ãNä3øn=tæ èptGøŠyJø9$# ãP¤$!$#ur ãNøtm:ur ͍ƒÌYσø:$# !$tBur ¨@Ïdé& ÎŽötóÏ9 «!$# ¾ÏmÎ/ èps)ÏZy÷ZßJø9$#ur äosŒqè%öqyJø9$#ur èptƒÏjŠuŽtIßJø9$#ur èpysÏܨZ9$#ur !$tBur Ÿ@x.r& ßìç7¡¡9$# žwÎ) $tB ÷LäêøŠ©.sŒ $tBur yxÎ/èŒ n?tã É=ÝÁZ9$# br&ur (#qßJÅ¡ø)tFó¡s? ÉO»s9øF{$$Î/ 4 öNä3Ï9ºsŒ î,ó¡Ïù 3 tPöquø9$# }§Í³tƒ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB öNä3ÏZƒÏŠ Ÿxsù öNèdöqt±øƒrB Èböqt±÷z$#ur 4 tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYƒÏŠ 4 Ç`yJsù §äÜôÊ$# Îû >p|ÁuKøƒxC uŽöxî 7#ÏR$yftGãB 5OøO\b}   ¨bÎ*sù ©!$# Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÈ  
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[13]























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Makkiyah adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Rosulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah (Makkah), tanpa peduli apakah ayat tersebut turun di Makkah atau tempat lain yang pembicaraannya dititik beratkan lebih ditujukan kepada penduduk Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya walaupun turunnya di Makkah, dan titik tekan arah pembicaraannya lebih ditujukan kepada penduduk Madinah.
Adapun dapat mengetahui dan menentukan mana surat Makkiayah dan mana surat Madaniyah para ulama bersandar pada dua cara utama yakni Sama’I Naqli dan Qiyas Ijtihadi.
Dalam perkembangannya Makkiyah dan Madaniyah telah ditulis didalam Mushaf Usmani yang mana Mushaf tersebut menjadi acuan sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi. Namun ada hal yang perlu disayangkan karena sebelum pembentukan Mushaf tersebut Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang ditulis berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Quran yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi pembakaran mushaf tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya, padahal hat itu diperlukan, terutama terhadap ayat yang kritis.
Sedangkan perbedaan dari surat Makkiyah dan Madaniyah diantaranya:
1.      Makkiyah
a.       Setiap suratnya terdapat kata Kalla ( كلا )
b.      Setiap suratnya terdapat Sujud Tilawah,
c.       Semua suratnya diawali huruf tahajji seperti Qaf ( ( ق, Nun ( ن ), Kha Mim ( حم ),
d.      Semua surat memuat kisah nabi Adam dan Iblis, kecuali dalam surat Al-Baqoroh,
e.       Semua surat memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu,
f.       Semua surat terdapat Khittab (seruan) kepada semua manusia, dan lain sebagainya.
2.      Madaniyah
a.       Semua suratnya terdapat kata “orang-orang yang beriman” ( ياايهاالدين امنوا ),
b.      Semua surat terdapat hokum-hukum tentang faraidh (warisan), hudud, qishash dan jihad,
c.       Semua suratnya menyebut “orang-orang munafik”, kecuali surat Al-Ankabut, dan lain sebagainya.
Begitupun juga dengan contoh suratnya, diantaranya: surat Makkiyah (Al-Alaq, At-Tin, Al-Balad, Al-Qoriah, Al-Adiyat, dan lain sebagainya), sedangkan surat Madaniyah (An-Nash, Al-Baqoroh, Al-Anfal, Ali-Imron, dan lain sebagainya).
Sementara manfaat dari memahami surat Makkiyah dan Madaniyah, diantaranya:
1.      Membantu dalam menafsirkan al-Qur’an.
2.      Pedoman bagi langkah-langkah dahwah.
3.      Memberi informasi tentang sirah keNabian.
4.      Mudah di ketahui mana ayat-ayat al-Qur’an yang hukum atau bacaannya telah dihapus dan diganti (nasakh) dan mana-mana yang menasakhnya,
5.      Mengetahui dan mengerti sejarah persyariatan hukum-hukum islam (tarikh al-tasyri’ ) dan hikmah di syariatkannya suatu hokum ( hikmah al-tasyri’ ).
6.      Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dakwah  islamiyyah.
Dan pembahasan yang terakhir ayat-ayat yang turun diluar kota Makkah dan Madinah, diantaranya: Al-Baqoroh ayat 281, Ali-Maidah ayat 3, dan lain sebagainya.

B.     Kata Penutup
Alhamdulillah, penulisan makalah ini terselesaikan dan tersusun secara sistematik. Tetapi penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena mengingat keterbatasan pengetahuan dari penulis. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin..



DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2008. Ulum al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Ar-Rumi, Dr.Fahd bin Abdirrahman. 1997. Dirosat fi ‘Ulum Al-Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
AS, Mudzakir. 2001. Mabahis fi Ulumil Qur’an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
M.S.i, Suhadi. 2011. Ulumul Qur’an. Kudus: Nora Media Enterprise.
Rakhmat, Drs. Jalaluddin. 1431 H. ‘Ulum Al-Quran. Bandung.
Prof.R.H.A.Soenarjo, S.H. 1971. Alqur’an dan Terjemahan. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemahan Alqur’an.
Shihab, dkk, Prof. Dr. M. Quraish. 1997. Sejarah & Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka Firdaus.





    
.






[1] Suhadi. M.S.i, Ulumul Qur’an. (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011), hal. 54.
[2] Mudzakir, AS. Mabahis fi Ulumil Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2001), hal 82.
[3] Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dkk. Sejarah & Ulum Al-Quran. (Bandung: Pustaka Firdaus, 1997), hal. 64.
[4] Drs. Jalaluddin Rakhmat. ‘Ulum Al-Quran. (Bandung: 1431 H), hal. 49.
[5] Ibid, hal. 49.
[6] Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dkk, Op Cit, hal. 65-67.
[7] Ibid, hal. 67-69
[8] Dr.Fahd bin Abdirrahman Ar-Rumi. Dirosat fi ‘Ulum Al-Qur’an. (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hal. 176.
[9] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal.116.
[10]Drs. Jalaluddin Rakhmat. Op Cit, hal. 58.
[11]S.H Prof.R.H.A.Soenarjo, Alqur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemahan Alqur’an, 1971), hal. 70.
[12]Drs. Jalaluddin Rakhmat. Op Cit, hal. 59.
[13] S.H Prof.R.H.A.Soenarjo, Op Cit, hal. 157.