MANUSIA DAN SPIRITUALITAS
Makalah
Disusun
Guna untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Tasawuf
Dosen
Pengampu: Suhadi, M.Si
Disusun
Oleh :
Zainal
Abidin (212156)
Nurul
Husna (212159)
Fakhrul Hidayat (212167)
Diyah
Ayu F (212172)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM STUDI SYARI’AH/EI
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Tasawuf merupakan ilmu mistik, dapat
dipahami bahwa tasawuf merupakan sebagai
kondisi pemahaman yang dapat memungkinkan tersingkapnya realitas mutlak.
Pemahaman tersebut bukan berasal dari pengetahuan yang bersifat demonstrative,
tetapi ilham yang menyusup kedalam lubuk hati. Karena itu, tasawuf mustahil dapat
dijabarkan. Sebab, tasawuf itu berupa kondisi perasaan yang sulit diterangkan
kepada orang lain dengan kata-kata biasa.
Tujuan tasawuf sendiri yaitu untuk
mencapai keberadaan sedekat mungkin di sisi Allah dengan mengenalNya secara
langsung dan tenggelam dalam kemahaesaan-Nya. Untuk mencapai tujuan tersebut
seorang sufi harus menjalani proses dan latihan spiritual yang panjang yaitu
tahapan-tahapan kesucian menuju Allah yang disebut maqomat. Tahapan-tahapan ini
bersifat spiritual dan tidak hirarki yang melazimkan seseorang menempuhnya
secara berurutan. Dengan demikian, seorang sufi yang menempuh tahapan spiritual
tujuh, bias saja secara berurutan atau acak. Ketujuh tahapan tersebut antara
lain, taubat, wara’, zuhud, fakir, sabar, tawakal dan rida.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, ada pokok
permasalahan yang perlu dibahas, antara lain :
1.
Apa
definisi manusia ?
2.
Bagaimana
proses terbentuknya manusia ?
3.
Apa
definisi dari spiritualitas ?
4.
Apa
tingkatan dan metode untuk mencapai spiritualitas ?
5.
Bagaimana
hubungan manusia dengan spiritualitas ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Manusia
Dalam pengertian yang
sederhana, manusia bias disebut dengan mikrokosmos (alam kecil), sedangkan jika
kita bandingkan dengan alam semesta disebut dengan makrokosmos. Manusia dengan
alam memiliki keterkaitan karena sama-sama memiliki aspek jasmani dan rohani.
Maksud dari aspek rohani yaitu alam arwah, sedangkan aspek jasmani yaitu alam
jasad. Dan diantara alam arwah dan alam jasad itu terdapat alam mitsal atau
alam barzah yaitu alam yang menjadi perantara. Karena manusia merupakan
cerminan dari alam semesta, maka sebagaimana alam semesta mengenal tiga alam
yakni alam ruh, mitsal dan jasad, manusia juga mengenal tiga unsur yaitu, ruh,
jiwa, dan tubuh.[1]
Sebagai
satu kesatuan xyang utuh tersebut, dapat dilihat dari aspek yang berbeda-beda.
Pada umumnya diterima adanya perbedaan antara jiwa dan badan sebagaimana
tercermin didalam bahasa yang digunakan untuk melukiskan keadaan manusia.
Manusia
adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna, baik dari aspek
jasmaniyah lebih-lebih rohaniyahnya .karena kesempurnaanya itulah ,maka untuk
dapat memahami, mengenal secara dalam dan totalitas dibutuhka keahlian yang
spesifik .Dan hal itu tidak mungkin dilakukan tanpa melalui studi yang panjang
dan hati-hati tentang ”manusia” melalui Al-Qur’an dan sudah tentu dibawah
bimbingan dan petunjuk Allah, serta berparadigma kepada proses pertumbuhan dan
perkembangan eksistensi yang terdapat pada para Nabi, Rosul dan khususnya Nabi
Muhammad SAW.
Secara
etimologi istilah manusia didalam Al-Qur’an ada tiga kata yang dipergunakan,
yakni :
1.
Insan dan Unas
Kata-kata
“insan” diambil dari asal kata “Uns” yang mempunyai arti jinak, tidak liar, senang
hati, tampak atau terlihat. Seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT:
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s? ÇÍÈ
Artinya:
“sesungguhnya Kami teleh menciptakan manusia di dalam sebaik-baik bentuk”(At
Tiin : 4).[2]
Kesempurnaan
manusia itu dapat kita lihat pada asal kata “Ins” berarti seorang manusia,
sedangkan “Insan” itu tersirat makna bahwa manusia mempunyai dua unsur
kemanusiannya, yaitu aspek lahiriyah dan aspek batiniyah, sedangkan kata-kata
Ins dan Unas, hal itu menunjukan makna, bahwa sifat dasar manusia adalah fitri
yang terpancar dari alam rohaninya, yaitu gemar bersahabat, ramah,lemah-lembut
dan sopan santun serta taat kepada Allah.[3]
2.
Basyar
Kata
ini berasal dari makna kulit luar yang dapat dilihat dengan mata kasar,
bersifat indah dan cantik. Dan dapat menimbulkan rasa senang, bahagia bagi
siapa saja yang melihatnya. Kata Basyar disini menunjukkan manusia dari sudut lahiriyahnya ( fisik) serta persamaanya dengan
manusia seluruhnya , seperti firman Allah sebagai berikut:
$tBur $uZù=yèy_ 9|³t6Ï9 `ÏiB Î=ö6s% t$ù#ãø9$# ( û'ïÎ*sùr& ¨MÏiB ãNßgsù tbrà$Î#»sø:$# ÇÌÍÈ @ä. <§øÿtR èps)ͬ!#s ÏNöqyJø9$# 3 Nä.qè=ö7tRur Îh¤³9$$Î/ Îösø:$#ur ZpuZ÷FÏù ( $uZøs9Î)ur tbqãèy_öè? ÇÌÎÈ
Artinya:“kami
tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu ( Muhamad )
maka apabila kamu mati apakah mereka akan kekal ? tiap – tiap yang berjiwa akan
mati. kami akan menguji kamu dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya) dan hanya kepada kami kamu dikembalikan ”. (Al-Anbiya :
34-35)[4]
3.
Bani Adam
Arti
“Bani Adam” adalah anak adam atau putra adam. Sebagaimana firman Allah SWT,
sebagai berikut:
ûÓÍ_t6»t tPy#uä w ãNà6¨Yt^ÏFøÿt ß`»sÜø¤±9$# !$yJx. ylt÷zr& Nä3÷uqt/r& z`ÏiB Ïp¨Zyfø9$# äíÍ\t $yJåk÷]tã $yJåky$t7Ï9 $yJßgtÎãÏ9 !$yJÍkÌEºuäöqy 3 ¼çm¯RÎ) öNä31tt uqèd ¼çmè=Î6s%ur ô`ÏB ß]øym w öNåktX÷rts? 3 $¯RÎ) $uZù=yèy_ tûüÏÜ»u¤±9$# uä!$uÏ9÷rr& tûïÏ%©#Ï9 w tbqãZÏB÷sã ÇËÐÈ
Artinya: “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu
dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu
dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan
kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat
kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami
telah menjadikan syaitan -syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang
tidak beriman”. (Al-A’raaf : 27)[5]
B.
Asal Usul Terbentuknya
Manusia
Jika
ditinjau dari Alquran, asal usul terbentuknya manusia ada beberapa tahap yaitu:
1.
Nutfah
Yaitu peringkat pertama bermula selepas persenyawaan atau minggu
pertama. Hanya bermula setelah berlakunya percampuran air mani. Hal ini
sebagaimana firman Allah SWT :
$¯RÎ) $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB >pxÿôÜR 8l$t±øBr& ÏmÎ=tGö6¯R çm»oYù=yèyfsù $JèÏJy #·ÅÁt/ ÇËÈ
Artinya:”Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manausia daripada satu tetes air mani yang bercampur
yang Kami (hendak mengujinya dengan perintah dan larangan), karena itu Kami
jadikan dia mendengar dan melihat”. (Al-Insan : 2) [6]
Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal perkataan Nutfah ialah nutf
artinya air yang sedikit yang terdapat di dalam sesuatu bekas samada telaga,
tabung dan sebagainya. Sementara perkataan amsyaj berasal daripada perkataan
masyj yang bererti percampuran.
Berasaskan kepada makna perkataan tersebut maksud ayat di atas
ialah sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan manusia daripada air mani lelaki
dan air mani perempuan.
Dengan Nutfah inilah Allah menciptakan anggota-anggota yang
berlainan, tingkah laku yang berbeda serta menjadikan lelaki dan perempuan.
Dengan Nutfah lelaki akan terbentunya saraf, tulang, sedangkan dari Nutfah
perempuan akan terbentuknya darah dan daging.[7]
2.
Alaqah
Ialah pada ujung minggu pertama atau hari ketujuh. Pada hari yang
ketujuh telur yang sudah disenyawakan itu akan tertanam di dinding rahim (qarar
makin). Selepas itu Kami mengubah Nutfah menjadi Alaqah. Hal ini sebagaimana
firman Allah SWT:
¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ
Artinya:
“kemudian kami mengubah Nutfah menjadi Alaqoh (segumpal darah)”.
(Al-Mu’minun : 14)[8]
3.
Mudghah
Ialah Pembentukan Mudghah dikatakan berlaku pada
minggu keempat. Perkataan Mudghah disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran
yaitu surat Al-Hajj ayat 5 dan surat al-Mukminun ayat 14 :
$uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB
Artinya:
“lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging”. (Al-Mukminun : 14)[9]
Diperingkat ini
sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan anggota-anggota yang
lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk.Vilus yang tertanam di
dalam otot-otot ibu kini mempunyai saluran darahnya sendiri. Jantung bayi pula mula
berdengup. Untuk perkembangan seterusnya, darah mula mengalir dengan lebih
banyak lagi kesitu bagi membekalkan oksigen dan pemakanan yang secukupnya.
Menjelang tujuh minggu sistem pernafasan bayi mula berfungsi sendiri.
4.
Izam
dan Lahm
Ialah peringkat pembentukan tulang yang mendahului
pembentukan oto-otot. Apabila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan
membungkus rangka tersebut. Hal ini terjadi pada minggu kelima, keenam, dan
ketujuh. Hal ini sesuai firman Allah SWT:
$uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã
Artinya:
“lalu segumpal darah itu kami jadikan tualng belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging”. (Al-Mukminun : 14)[10]
5.
Nasy’ah
Khalqan Akhar
Pada
peringkat ini yaitu menjelang minggu kelapan , beberapa perubahan lagi berlaku.
Perubahan pada tahap ini bukan lagi embrio tetapi sudah masuk ke peringkat
janin. Pada bulan ketiga, semua tulang janin telah terbentuk dengan sempurnanya
kuku-kukunya pun mula tumbuh. Pada bulan keempat, pembentukan uri menjadi cukup
lengkap menyebabkan baki pranatel bayi dalam kandungan hanya untuk
menyempurnakan semua anggota yang sudah wujud. Walaupun perubahan tetap berlaku
tetapi perubahannya hanya pada ukuran bayi sahaja.
6.
Nafkhur-Ruh
Yaitu
peringkat peniupan roh. Para ulama Islam menyatakan bila roh ditiupkan ke dalam
jasad yang sedang berkembang. Mereka hanya sepakat mengatakan peniupan roh ini
berlaku selepas empat puluh hari dan selepas terbentuknya organ-organ tubuh
termasuklah organ seks. Nilai kehidupan mereka telah pun bermula sejak di alam rahim
lagi. Ketika di alam rahim perkembangan mereka bukanlah proses perkembangan
fizikal semata-mata tetapi telah mempunyai hubungan dengan Allah SWT melalui
ikatan kesaksian sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firmannya :
øÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB ûÓÍ_t/ tPy#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJÍhè öNèdypkôr&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ
Artinya:
“dan ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) ; “ bukankah Aku
Tuhanmu ?” mereka menjawab : “betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadisaksi.
Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan:
“Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lemah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
(Al-A’raaf : 172)[11]
C.
Definisi Spiritualitas
Spiritual
berasal dari kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa Latin,
spiritus, yang berarti napas. Selain itu kata spiritus dapat mengandung arti
sebuah bentuk alkohol yang dimurnikan. Sehingga spiritual dapat diartikan
sebagai sesuatu yang murni. Diri kita yang sebenarnya adalah roh kita itu. Roh
bisa diartikan sebagai energi kehidupan, yang membuat kita dapat hidup,
bernapas dan bergerak. Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar tubuh
fisik kita, termasuk pikiran, perasaan, dan karakter kita. Apa hubungannya
dengan kehidupan sehari-hari ?, dan apa pentingnya spiritualitas dalam kehidupan
sehari-hari. ?
Spiritualitas
seorang manusia sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-harinya. Dapat
diambil contoh, jika seorang manusia yang taat dalam menjalankan perintah agama
dan tebal keimanannya. Maka akan berpengaruh dalam kehidupan sehari-harinya,
misalnya dia akan lebih bertutur kata yang lembut dalam ucapannya dan tidak
akan sekalipun meninggalkan kewajibannya sebagai umat beragama. Besar sekali
manfaat yang dapat kita peroleh jika Spiritualitas dapat kita sandingkan dengan
kehidupan sehari-hari, niscahya akan terbentuk pribadi-pribadi yang unggul.[12]
D.
Tingkatan dan Metode untuk Mencapai Spiritual
Dibawah ini bisikan hati baru akan
terdorong untuk memutuskan dan memilih sesuatu, atau yang lainnya, dan tidak
mengerti, mengapa banyak sekali orang dalam perjalanan hidup ini terpanggil
oleh pengetahuan perjalanan spiritual.
Berserah diri
secara total merupakan perangkat yang diperlukan
dalam perjalanan mencapai spiritual. Karena tidak
mudah untuk meninggalkan kesenangan duniawi, dan hanya untuk mencari kesenangan
ukhrawi saja, namun ia harus berusaha secara perlahan-lahan dan konsisten untuk
bisa memutuskan diri dari keduniawian.
Ada satu tahapan yang berkaitan
dengan perjalanan spiritual tersebut adalah bermeditasi atau kontemplasi
(muraqabah). Tahap ini penting guna bisa melakukan perenungan dimana pun, dari
tahap awal hingga akhir. Meditasi secara
total dapat menyingkap ‘selubung’ yang akan terbuka sampai akhir. Kemudian akan
tampak bahwa cinta itu membawanya ke dalam penuh kemuliaan dan suara hati yang
memberinya petunjuk kepada Allah.[13]
Pengalaman-pengalaman spiritual
termasuk dalam ilmu hudhuri, yaitu ilmu yang diperoleh tanpa melalui media dan
perantara. Dalam pencapaian spiritual, dibutuhkan tingkatan-tingkatan yang
harus dicapai.
Pertama, Maqamat dan
Ahwaal. Maqamat adalah jenjang-jenjang atau tahapan-tahapan spiritual. Ahwal
atau hal-hal adalah keadaan spiritual yang dialami pesuluk.
Kedua, Maaqam
Yaqadzah( sadar atau
terjaga dari kelengahan spiritual) Dia sadar bahwa dia itu
diciptakan oleh Allah, bahwa dia disini untuk menyembah Allah.
Jadi tahap pertama, yaqadzah artinya
seorang pesuluk harus belajar menyadari dan belajar mengetahui betapa banyaknya
karunia Allah SWT. betapa banyaknya kebaikan Allah Ta’ala yang diberikan kepada
kita.
Kedua, untuk sampai ke maqaam
yaqadzah adalah mempelajari dosa-dosa, mempelajari perbuatan-perbuatan yang
tidak baik, dan menyadari tentang bahaya dari dosa.[14]
Sementara
itu agar mampu melangkah pada alam spiritual ini, seorang
pengembara spiritual
(salik) perlu memilih beberapa orang saleh sebagai guru (pembimbing
spiritualnya). Guru harus melepaskan diri dari nafsu dan mencapai tingkat,
selalu mengingat Allah. Ia hendaknya sadar penuh atas segala hal berkaitan
dengan kemajuan atau kemunduranpengembara spiritual dan hendaknya mampu
memberikan latihan dan bimbingan kepada pengembara spiritual lain. Selain itu,
mengingat dan banyak menyebut Allah (dzikir) serta berdo’a kepadaNya dengan
penuh kerendahan hati juga perlu dilakukan pengembara spiritual. Disamping itu,
agar mampu menjalankan semua tingkat (maqam) di jalan spiritual wajib baginya
untuk mematuhi aturan-aturan tertentu:
1. Ketetapan hati
Segera setelah pengembara spiritual memulai latihan
spiritualnya, ia diuji untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang tidak
menyenangkan. Ia dikritik oleh teman dan sahabat yang tertarik hanya pada
hasrat nafsu dan adat sosial yang ada.
2. Kontinuitas (dawan)
Dengan cara
praktik terus menerus, pengembara spiritual
hendaknya menanamkan dalam pikirannya satu figur abstrak atas setiap
amal ibadah yang ia laksanakan, sehingga praktiknya akan menjadi satu kebiasaan
yang permanen.
3. Mematuhi aturan ibadah
Ketika melakukan
amal wajib manusia mengharap ridha Allah dan ketika memahami diri dari
perbuatan yang dilarang, manusia berharap keterbatasannya yang ia ingin
melampauinya. Ibadah disini berarti berhati-hati agar tidak melampaui batas
diri dan melakukan sesuatu yang tidak konsisten dengan syarat-syarat pengabdian
diri kepada Allah.
4. Niat
Pengembara
spiritual hendaknya memusatkan pikiran dan niat, dan semua hendaknya hanya demi
Allah semata.
5.
Senantiasa
bersih
Selalu suci
secara ritual dan tetap melaksanakan penyucian besar (mandi besar) pada hari
jum’at dan semua kesempatan lain dimana hal tersebut dianjurkan.[15]
E.
Hubungan Manusia Dengan Spiritualitas
Sangat erat kaitannya antara manusia
dengan spiritualitas karena pada dasarnya manusia diciptakan untuk menyembah
kepada Allah. Oleh
sebab itu untuk bisa mencapai arti hubungan manusia dan spiritualitas kita
harus mampu menggabungkan atau menyatukan diri kita dengan spiritualitas.
Dengan cara kita melaksanakan perintahnya dan menjauhi laranganya. Dan apabila
kita sudah mampu melakukanya, maka kita mencapai spiritualisme Islam. Yakni :
1.
Memahami
dan merasakan keagungan Allah
Memahami itu
dengan akal dan merasakan itu dengan hati. Akal dan hati menyatu di dalam
makrifat. Akibatnya diri merasa amat kecil dihadapan yang maha agung. Orang
yang cerdas secar spiritualitas adalah orang yang mampu menangkap sinyal
keagungan Allah dan mampu merasakan kedhasyatan sifat-sifat-Nya.
2.
Memahami
dan merasakan keindahan Illahi
Orang yang cerdas secara spiritual juga mampu merasakan keindahan
illahi. Segala sesuatu terlihat indah tak ada kecantikan selain kecantikan
Allah.
3.
Larut dalam aturan-aturan main yang telah
ditetapkan oleh Allah
Setelah
keagungan dan keindhan Illahi didapatkan, maka sang penapak jalan spiritual
kemudian terluka mata hatinya, terdengar suara hati nuraninya menyentuh langit-
langit jiwanya.
4.
Mencapai cinta Illahi
Akhirnya yang
ingin didapatkan oleh orang yang mencapai jalan spiritual adalah cinta Allah.[16]
Walaupun sebagian besar orang telah
merasa puas dengan pekerjaan dan penghasilan yang mereka dapat, dan sedikit
sekali memberikan perhatian kepada persoalan spiritualitas, tetapi tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap orang mempunyai keinginan dalam dirinya untuk
mengetahui dan mengenal tentang kebenaran yang hakiki. Dorongan hati yang
tersembunyi itu bisa saja tidak terlalu
menonjol dalam diri seseorang sehingga tidak terlihat di permukaan, tetapi
konsepsi spiritual tersebut bisa saja sewaktu-waktu bangkit.
Anggapan tersebut memberikan pedoman
dasar yang yang berkaitan dengan dorongan pengetahuan spiritual sufistik yang
menggambarkan orang-orang salih minat pada persepsi tentang alam baqa, dan
menumbuhkan cinta Allah dalam hati mereka. Tarikan yang dirasakan dari dorongan
kuat ini, membuat mereka melupakan segalanya, dan memberikan pengaruh dalam
hati mereka. Tarikan tersebut juga
merupakan dasar agama yang melahirkan keimanan kepada Allah. Tidak dapat
dikatakan menjadi sebuah kesadaran spiritual yang baik, bila keberimanannya
tersebut disebabkan pada pengharapannya untuk mendapatkan pujian atau karena
ketakutan pada hukuman-Nya semata, bukan karena alasan apapun yang
melatarbelakanginya.[17]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah salah satu
makhluk Allah yang paling sempurna, baik dari aspek jasmaniyah lebih-lebih
rohaniyahnya .karena kesempurnaanya itulah ,maka untuk dapat memahami, mengenal
secara dalam dan totalitas dibutuhka keahlian yang spesifik .
Jika ditinjau
dari Alquran, asal usul terbentuknya manusia ada beberapa tahap yaitu:
1.
Nutfah
2.
Alaqah
3.
Mudghah
4.
Izam
dan Lahm
5.
Nasy’ah
Khalqan Akhar
6.
Nafkhur-Ruh
spiritual dapat
diartikan sebagai sesuatu yang murni. Diri kita yang sebenarnya adalah roh kita
itu. Roh bisa diartikan sebagai energi kehidupan, yang membuat kita dapat
hidup, bernapas dan bergerak. Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar tubuh
fisik kita, termasuk pikiran.
Dalam
pencapaian spiritual, dibutuhkan tingkatan-tingkatan yang harus dicapai: Pertama, Maqamat dan
Ahwaal. Maqamat adalah jenjang-jenjang atau tahapan-tahapan spiritual. Ahwal
atau hal-hal adalah keadaan spiritual yang dialami pesuluk. Kedua, Maaqam
Yaqadzah( sadar atau
terjaga dari kelengahan spiritual) Dia sadar bahwa dia itu
diciptakan oleh Allah, bahwa dia disini untuk menyembah Allah.
Sangat erat kaitannya antara manusia dengan spiritualitas karena
pada dasarnya manusia diciptakan untuk menyembah kepada Allah. Oleh sebab itu
untuk bisa mencapai arti hubungan manusia dan spiritualitas kita harus mampu
menggabungkan atau menyatukan diri kita dengan spiritualitas. Dengan cara kita
melaksanakan perintahnya dan menjauhi laranganya. Dan apabila kita sudah mampu
melakukanya, maka kita mencapai spiritualisme Islam.
B. Kata Penutup
Alhamdulillah, penulisan makalah ini
terselesaikan dan tersusun secara sistematik. Tetapi penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena mengingat keterbatasan
pengetahuan dari penulis. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Komaruddin. 2002. Menyinari
Relung-relung Ruhani. Jakarta: IIMAN.
Laila Izzah. Proses Terjadinya
Manusia Menurut Alquran. http://lailizah.tripod.com/proses_kejadian_manusia_menurut_al-Quran.htm diakses 20 September 2013.
Ma’rufin Noor. 2009. Epistimologi Ilmu Khuduri dalam Perspektif Tasawuf. Yogyakarta : Idea Press Yogyakarta.
Maulidan Razib Kani, Spiritual
dalam Kehidupan Sehari-hari, http://curanblog.blogspot.com/2012/05/spiritualitas-dalam-kehidupan-sehari.html, diakses, 20
September 2013
S.H, Prof. R.H.A. Soenarjo. 1971. Alquran
dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penerjemahan Alqur’an.
Syaikhun Najib. Manusia dan Spiritualitas. http://blog.djarumbeasiswaplus.org/soikhurojib/?p=171 diakses 20
September 2013.
Tabataba’I, Allamah husayn, dkk.
2005. Perjalanan Rohani Para Kekasih Allah. Depok : Inisiasi Press.
[1]
Komaruddin Hidayat, Menyinari Relung-relung Ruhani. (Jakarta: IIMAN,
2002), hal. 26.
[2]
Prof. R.H.A. Soenarjo S.H, Alquran
dan Terjemahannya. (Jakarta: Yayasan penyelenggara penerjemahan Alqur’an,
1971), hal. 1076.
[3]
Syaikhun Najib. Manusia dan Spiritualitas. http://blog.djarumbeasiswaplus.org/soikhurojib/?p=171 diakses 20 November 2009.
[4] Prof. R.H.A. Soenarjo S.H, Op. Cit, hal.
499.
[5]
Ibid, hal. 224.
[6]
Ibid, hal. 1003.
[7] Laila Izzah. Proses Terjadinya
Manusia Menurut Alquran. http://lailizah.tripod.com/proses_kejadian_manusia_menurut_al-Quran.htm, diakses, 20 September 2013
[9] Ibid,
hal. 526.
[10]
Ibid, hal. 526.
[11]
Ibid, hal. 250.
[12]
Razib Kani Maulidan, Spiritual dalam Kehidupan Sehari-hari, http://curanblog.blogspot.com/2012/05/spiritualitas-dalam-kehidupan-sehari.html,
diakses, 20 September 2013.
[13] Allamah Husayn Tabataba’i,dkk, Perjalanan
Rohani Para Kekasih Allah. (Depok : Inisiasi Press, 2005), hal. 35-37.
[14] Noor Ma’rufin, Epistimologi Ilmu Khuduri dalam Perspektif Tasawuf, (Yogyakarta
: Idea Press Yogyakarta, 2009), hal. 248-254.
[16] Syaikhun
Najib. Manusia dan Spiritualitas. http://blog.djarumbeasiswaplus.org/soikhurojib/?p=171 diakses 20 November 2009.
