MAKKIYAH dan MADANIYAH
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi
tugas UAS
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu: Shobirin S.ag, M.ag.
Disusun
Oleh :
Zainal Abidin
(212156)
PROGRAM
STUDI EKONOMI SYARI’AH/JURUSAN
SYARI’AH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Usaha
untuk mentafsirkan Alqur’an secara benar,
tidak terlepas dari keharusan untuk mengetahui tentang kapan ayat Al-qur’an itu
diturunkan, dimana dan kepada siapa ayat itu ditujukan, serta kondisi apa yang
melatar belakangi turunnya ayat itu. Pengetahuan tentang hal itu akan
dijelaskan secara rinci dalam ilmu Makki Wal Madani.
Oleh karena itu ilmu Makki wal
Madani tidak dapat dipisahkan dari rangkaian ilmu-ilmu dalam disiplin ulumul
qur’an. Ilmu ini menjelaskan tentang pengertian Makki dan Madani, cara-cara
mengetahui Makki dan Madani, tanda-tandanya, mecam-macamnya, dan juga
faedahnya.
Secara umum memang telah diketahui
bahwa al-qur’an bahwa ayat-ayat al-qur’an itu terbagi dalam dua kelompok, yakni
Makkiyah dan Madaniyah, namun bagaimana kriteria masing-masing kelompok itu,
perlu dijelaskan secara rinci dan mendalam, untuk keperluan itu, untuk itu akan
diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan Makki dan Madani.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, ada pokok permasalahan yang perlu dibahas,
antara lain:
1.
Apa
pengertian dan juga cara menentukan Makkiyah dan Madaniyah ?
2.
Bagaimana
sejarah perkembangan Makkiyah dan Madaniyah ?
3.
Bagaimana
perbedaan ayat Makkiyah dan Madaniyah ?
4.
Surat
apa saja yang termasuk golongan surat Makkiyah dan Madaniyah ?
5.
Apa
saja manfaat dari memahami pembahasan Makkiyah dan Madaniyah ?
6.
Apa
saja surat yang turun dikota selain Makkah dan Madinah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah
Pengertian
yang selama ini beredar terkait dengan Makkiyah dalah ayat-ayat yang diturunkan
di kota Makkah, sedangkan Madaniyah alah ayat-ayat yang diturunkan di kota
Madinah. Hal tersebut merupakan pendapat yang lemah serta mempersempit wawasan
tentang ayat-ayat yang turun di tempat-tempat selain Makkah dan Madinah.
Para
Ulama biasanya membagi perbedaan Makkiyah dan Madaniya sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
waktu, inilah yang paling popular dikalangan para mufasirin bahwa telah menjadi
kesepakatan dikalangan mereka, bahwa surat atau ayat yang diturunkan sebelum
hijrah adalah Makkiyah, sedangkan yang diturunkan sesudah hijrah adalah
Madaniyah. Dalam hal ini tempat bukan menjadi ukuran.
2.
Berdasarkan
tempat, jika diturunkan di Makkah (meliputi Mina, Arafah, Hudaibiyah) berarti
Makkiyah. Jika diturunkan di Madinah (meliputi Badar dan Uhud) berarti Madinah.
3.
Beradasarkan
khitab, yaitu seruan yang disampaikan. Jika ditujukan kepada penduduk Makkah
berarti disebut Makkiyah. Jika ditujukan kepada penduduk Madinah berarti
disebut Madaniyah.[1]
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
Makkiyah adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada
Rosulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah (Makkah), tanpa peduli apakah ayat
tersebut turun di Makkah atau tempat lain yang pembicaraannya dititik beratkan
lebih ditujukan kepada penduduk Makkah.
Sedangkan
Madaniyyah adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya
walaupun turunnya di Makkah, dan titik tekan arah pembicaraannya lebih
ditujukan kepada penduduk Madinah.
Adapun
untuk dapat mengetahui dan menentukan mana surat Makkiayah dan mana surat
Madaniyah para ulama bersandar pada dua cara utama:
1.
Sama’I Naqli
Yaitu
didasarkan pada sebuah riwayat shohih dari para sahabat yang hidup pada masa
Nabi yang menyaksikan turunnya wahyu. Dan juga para tabi’in yang mendengar
perkataan dari para sahabat.
2.
Qiyasi Ijtihadi
Yaitu
didasarkan pada ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah. Apabila dalam surat Makkiyah
terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani atau mengandung peristiwa
madani, maka dikatakan bahwa ayat itu Madani. Begitupun juga sebaliknya. Dan
lain sebagainya mengenai ciri-ciri Makkiayah dan Madaniyah.[2]
B.
Sejarah
perkembangan Makkiyah dan Madaniyah
Dikalangan ulama terdapat beberapa
pendapat tentang dasar atau kriteria yang dipakai untuk menentukan makiyah dan
madaniyah suatu surat atau ayat.
Sebagian ulama menetapkan lokasi
turunnya ayat-ayat atau surat sebagai dasar penentuan makiyah dan madaniyah,
sehingga mereka membuat definisi makiyah dan madaniyah sebagai berikut:
Yang diartikan sebagi berikut: “Makiyah
ialah yang diturunkan dimakkah sekalipun turunnya sesudah hijrah, madaniyah
ialah yang diturunkan di madinah”
Agak sulit memang melacak dan mengidentifikasi secara pasti
ayat-ayat makiyah dan madaniyah karena urutan tata tertib ayat tidak mengikuti
kronologi waktu turunnya ayat tetapi berdasarkan petunjuk nabi. Lagi pula pada
mushaf usmani yang menjadi acuan sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi.
Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang
ditulis berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun
al-Quran yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi pembakaran
mushaf tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan
demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya,
padahal hat itu diperlukan, terutama terhadap ayat yang kritis tentang
ayat-ayat nasikh dan manshukh, ayat-ayat muthlaq dan muqayyad, dan ayat-ayat ‘am dan khas.[3]
C. Perbedaan Ayat-Ayat Makkiyah dan Madaniyah
1. Makkiyah
a. Setiap suratnya terdapat kata
Kalla ( كلا ) sebagian besar
ayatnya,
b. Setiap suratnya terdapat
Sujud Tilawah, sebagian ayat-ayatnya,
c. Semua suratnya diawali huruf
tahajji seperti Qaf ( ( ق,
Nun ( ن ), Kha Mim ( حم ),
d. Semua surat memuat kisah nabi
Adam dan Iblis, kecuali dalam surat Al-Baqoroh,
e. Semua surat memuat kisah para
nabi dan umat-umat terdahulu,
f. Semua surat terdapat Khittab
(seruan) kepada semua manusia ( يايهااالناس
),
g. Semua surat menyeru dengan
kaliamat “Anak Adam”,
h. Semua surat isinya memberi
penekanan pada masalah Akidah,
i.
Ayatnya pendek-pendek,
j.
Banyak
mengandung kata-kata sumpah,
k.
Ayat-ayatnya
dimulai dengan huruf terpotong-potong (al-ahraf
al-muqatha’ah atau fawaatihussuwar),
seperti “الم, الر,هم “, kecuali Q.S Al-Baqoroh dan Ali ‘Imron, sedang Q.S.
al-Ra’ad masih diperselisihkan,
l.
Surat
atau ayat yang di awali atau di dalamnya terdapat kata-kata الحمدلله dan kata-kataالحمد lainnya, kecuali kata “بحمد ربك“ yang terdapat pada
Q.S. al-Baqarah: 30 yang tergolong Madaniyyah,[4]
2. Madaniyah
a. Semua suratnya terdapat kata
“orang-orang yang beriman” ( ياايهاالدين امنوا
),
b. Semua surat terdapat
hokum-hukum tentang faraidh (warisan), hudud, qishash dan jihad,
c. Semua suratnya menyebut
“orang-orang munafik”, kecuali surat Al-Ankabut,
d. Semua suratnya memuat
bantahan terhadap Ahlu Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani),
e. Semua suratnya memuat hokum
syara’,
D.
Beberapa Contoh
Surat Makkiyah dan Madaniyah
1.
Makkiyah[6]
Diantaranya :
|
1
|
Al-‘Alaq
|
47
|
An-Naml
|
|
2
|
Al-Qolam
|
48
|
Al-Qoshash
|
|
3
|
Al-Muzzammil
|
49
|
Al-Isro’
|
|
4
|
Al-Muddatstsir
|
50
|
Yunus
|
|
5
|
Al-Fatihah
|
51
|
Hud
|
|
6
|
Al-Lahab
|
52
|
Yusuf
|
|
7
|
At-Takwir
|
53
|
Al-Hir
|
|
8
|
Al-A’la
|
54
|
Al-An’am
|
|
9
|
Al-Lail
|
55
|
Ash-Shaffat
|
|
10
|
Al-Fajr
|
56
|
Luqman
|
|
11
|
Ad-Dhuha
|
57
|
Saba’
|
|
12
|
Al-Insyiroh
|
58
|
Az-Zumar
|
|
13
|
Al-Ashr
|
59
|
Ghofir
|
|
14
|
Al-Adiyat
|
60
|
Fushshilat
|
|
15
|
Al-Kautsar
|
61
|
Asy-Syura
|
|
16
|
At-takatsur
|
62
|
Az-Zukhruf
|
|
17
|
Al-Ma’un
|
63
|
Ad-Dukhan
|
|
18
|
Al-Kafirun
|
64
|
Al-Jatsiah
|
|
19
|
Al-Fiil
|
65
|
Al-Ahqof
|
|
20
|
Al-Falaq
|
66
|
Al-Adzariyat
|
|
21
|
An-Nas
|
67
|
Al-Ghosiyah
|
|
22
|
Al-Ikhlas
|
68
|
Al-Kahfi
|
|
23
|
An-Najm
|
69
|
An-Nahl
|
|
24
|
‘Abasa
|
70
|
Nuh
|
|
25
|
Al-Qodar
|
71
|
Ibrahim
|
|
26
|
Asy-Syams
|
72
|
Al-Anbiya’
|
|
27
|
Al-Buruj
|
73
|
Al-Mu’minun
|
|
28
|
At-Tiin
|
74
|
As-Sajadah
|
|
29
|
Al-Quroisy
|
75
|
At-Thur
|
|
30
|
Al-Qori’ah
|
76
|
Al-Mulk
|
|
31
|
Al-Qiyamah
|
77
|
Al-Haqqoh
|
|
32
|
Al-Humazah
|
78
|
Al-Ma’arij
|
|
33
|
Al-Mursalat
|
79
|
An-Naba’
|
|
34
|
Qaf
|
80
|
An-Nazi’at
|
|
35
|
At-Thoriq
|
81
|
Al-Balad
|
|
36
|
Al-Qomar
|
82
|
Al-Infithor
|
|
37
|
Shad
|
83
|
Al-Insyiqoq
|
|
38
|
Al-A’rof
|
84
|
Ar-Rum
|
|
39
|
Jinn
|
85
|
Al-Ankabut
|
|
40
|
Yasin
|
86
|
Al-Muthoffifin
|
|
41
|
Al-Furqon
|
87
|
Al-Zalzalah
|
|
42
|
Fathir
|
88
|
Ar-Rod
|
|
43
|
Maryam
|
89
|
Ar-Rohman
|
|
44
|
Thoha
|
90
|
Al-Insan
|
|
45
|
Al-Waqiah
|
91
|
Al-Bayyinah
|
|
46
|
Asy-Syu’ara
|
|
|
2.
Madaniyah[7]
Diantaranya :
|
1
|
Al-Baqoroh
|
13
|
Ali-Imron
|
|
2
|
Al-Anfal
|
14
|
Al-Ahzab
|
|
3
|
Al-Mumtahanah
|
15
|
Al-Hujurat
|
|
4
|
An-Nisa’
|
16
|
At-Tahrim
|
|
5
|
Al-Hadid
|
17
|
At-Taghabun
|
|
6
|
Al-Qital
|
18
|
As-Shaf
|
|
7
|
At-Tholaq
|
19
|
Al-Jumuah
|
|
8
|
Al-Hasr
|
20
|
Al-Fath
|
|
9
|
An-Nur
|
21
|
Al-Maidah
|
|
10
|
Al-Hajj
|
22
|
At-Taubah
|
|
11
|
Al-Munafiqun
|
23
|
An-Nashr
|
|
12
|
Al-Mujadilah
|
|
|
E.
Manfaat Memahami Makkiyah dan Madaniyyah
1.
Pembedaan
nasikh dan mansukh, karena yang terakhir adalah nasikh bagi
yang terdahulu.
2.
Merupakan
bantuan dalam menafsirkan Al-Qur’an dalam membantu memahami maksud ayat,
isyarat-isyarat, dan yang lain sebagainya.
3.
Pengetahuan
terhadap sejarah pembentukan hukum dan fase-fase pembebanan, yang diiringi
dengan keyakinan terhadap kenyataan bahwa fase tersebut pasti berasal dari
Allah swt.
4.
Pemanfaatan
terhadap gaya bahasa Al-Qur’an dalam mengajak kepada jalan Allah.
5.
Mengetengahkan
sejarah Nabi dengan cara mengetahui jejak beliau dalam berdakwah dan yang
lainnya.
6.
Menjelaskan
tugas dan perhatian kaum muslimin terhadap Al-Qur’an, sehingga mereka belum
cukup jika hanya sampai pada dataran menghafal Al-Qur’an, bahkan mereka
mengikuti runtutan tempat turunnya ayat, mencari pengetahuan tentang turunnya
sebelum dan sesudah Hijrah, yang turun pada malam dan siang hari, pada musim
dingin dan musim panas, dan mereka diikuti oleh orang yang mmpelajari Al-quran
dan ilmu-ilmunya.[8]
7.
Mengetahui siroh keNabian.[9]
8.
Mengetahui
situasi dan kondisi masyarakat kota Makkah dan Madinah saat itu.
F.
Ayat Al-Quran
yang turun selain dikota Makkah dan Madinah
1.
Surat Al-Baqoroh ayat : 281.
Turun di Mina pada tahun terjadinya Haji Wada’.[10]
(#qà)¨?$#ur $YBöqt cqãèy_öè? ÏmÏù n<Î) «!$# ( §NèO 4¯ûuqè? @ä. <§øÿtR $¨B ôMt6|¡2 öNèdur w tbqãKn=ôàã ÇËÑÊÈ
“Dan
peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan
yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun
tidak dianiaya (dirugikan).”[11]
2.
Surat
Al-Maidah ayat : 3.
Turun
di Arofah pada waktu Haji Wada’.[12]
ôMtBÌhãm ãNä3øn=tæ èptGøyJø9$# ãP¤$!$#ur ãNøtm:ur ÍÌYÏø:$# !$tBur ¨@Ïdé& ÎötóÏ9 «!$# ¾ÏmÎ/ èps)ÏZy÷ZßJø9$#ur äosqè%öqyJø9$#ur èptÏjutIßJø9$#ur èpysÏܨZ9$#ur !$tBur @x.r& ßìç7¡¡9$# wÎ) $tB ÷Läêø©.s $tBur yxÎ/è n?tã É=ÝÁZ9$# br&ur (#qßJÅ¡ø)tFó¡s? ÉO»s9øF{$$Î/ 4 öNä3Ï9ºs î,ó¡Ïù 3 tPöquø9$# }§Í³t tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB öNä3ÏZÏ xsù öNèdöqt±ørB Èböqt±÷z$#ur 4 tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYÏ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYÏ 4 Ç`yJsù §äÜôÊ$# Îû >p|ÁuKøxC uöxî 7#ÏR$yftGãB 5OøO\b} ¨bÎ*sù ©!$# Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÈ
“Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih
atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,
dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka
barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Makkiyah adalah ayat-ayat
al-Qur’an yang diturunkan kepada Rosulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah
(Makkah), tanpa peduli apakah ayat tersebut turun di Makkah atau tempat lain
yang pembicaraannya dititik beratkan lebih ditujukan kepada penduduk Makkah.
Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan
sekitarnya walaupun turunnya di Makkah, dan titik tekan arah pembicaraannya
lebih ditujukan kepada penduduk Madinah.
Adapun
dapat mengetahui dan menentukan mana surat Makkiayah dan mana surat Madaniyah
para ulama bersandar pada dua cara utama yakni Sama’I Naqli dan Qiyas
Ijtihadi.
Dalam
perkembangannya Makkiyah dan Madaniyah telah ditulis didalam Mushaf Usmani yang
mana Mushaf tersebut menjadi acuan sejak semula disusun
mengikuti petunjuk nabi. Namun ada hal yang perlu disayangkan karena sebelum
pembentukan Mushaf tersebut Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada
yang ditulis berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim
penyusun al-Quran yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi
pembakaran mushaf tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual,
karena dengan demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu
turunnya, padahal hat itu diperlukan, terutama terhadap ayat yang kritis.
Sedangkan perbedaan dari surat Makkiyah dan Madaniyah
diantaranya:
1. Makkiyah
a. Setiap suratnya terdapat kata
Kalla ( كلا )
b. Setiap suratnya terdapat
Sujud Tilawah,
c. Semua suratnya diawali huruf
tahajji seperti Qaf ( ( ق,
Nun ( ن ), Kha Mim ( حم ),
d. Semua surat memuat kisah nabi
Adam dan Iblis, kecuali dalam surat Al-Baqoroh,
e. Semua surat memuat kisah para
nabi dan umat-umat terdahulu,
f. Semua surat terdapat Khittab
(seruan) kepada semua manusia, dan lain sebagainya.
2.
Madaniyah
a. Semua suratnya terdapat kata
“orang-orang yang beriman” ( ياايهاالدين امنوا
),
b. Semua surat terdapat
hokum-hukum tentang faraidh (warisan), hudud, qishash dan jihad,
c. Semua suratnya menyebut
“orang-orang munafik”, kecuali surat Al-Ankabut, dan lain sebagainya.
Begitupun juga dengan contoh suratnya, diantaranya: surat Makkiyah
(Al-Alaq, At-Tin, Al-Balad, Al-Qoriah, Al-Adiyat, dan lain
sebagainya), sedangkan surat Madaniyah (An-Nash,
Al-Baqoroh, Al-Anfal, Ali-Imron, dan lain sebagainya).
Sementara manfaat dari memahami
surat Makkiyah dan Madaniyah, diantaranya:
1.
Membantu dalam menafsirkan al-Qur’an.
2.
Pedoman bagi langkah-langkah dahwah.
3.
Memberi informasi tentang sirah keNabian.
4.
Mudah di ketahui mana ayat-ayat al-Qur’an yang
hukum atau bacaannya telah dihapus dan diganti (nasakh) dan mana-mana yang
menasakhnya,
5.
Mengetahui dan mengerti sejarah persyariatan
hukum-hukum islam (tarikh al-tasyri’ ) dan hikmah di syariatkannya suatu hokum
( hikmah al-tasyri’ ).
6.
Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap
dakwah islamiyyah.
Dan
pembahasan yang terakhir ayat-ayat yang turun diluar kota Makkah dan Madinah,
diantaranya: Al-Baqoroh ayat 281, Ali-Maidah ayat 3, dan lain sebagainya.
B.
Kata Penutup
Alhamdulillah, penulisan makalah ini
terselesaikan dan tersusun secara sistematik. Tetapi penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena mengingat keterbatasan
pengetahuan dari penulis. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Amin..
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. 2008. Ulum
al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Ar-Rumi, Dr.Fahd bin Abdirrahman. 1997. Dirosat fi ‘Ulum
Al-Qur’an. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
AS, Mudzakir. 2001. Mabahis fi Ulumil Qur’an. Bogor: Pustaka
Litera AntarNusa.
M.S.i, Suhadi. 2011. Ulumul Qur’an. Kudus: Nora Media
Enterprise.
Rakhmat, Drs. Jalaluddin. 1431 H. ‘Ulum Al-Quran. Bandung.
Prof.R.H.A.Soenarjo, S.H. 1971. Alqur’an dan Terjemahan.
Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemahan Alqur’an.
Shihab, dkk, Prof. Dr. M. Quraish. 1997. Sejarah & Ulum
Al-Quran. Bandung: Pustaka Firdaus.
.
[1]
Suhadi. M.S.i, Ulumul Qur’an. (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011), hal.
54.
[2]
Mudzakir, AS. Mabahis fi Ulumil Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 2001), hal 82.
[3]
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dkk. Sejarah & Ulum Al-Quran. (Bandung:
Pustaka Firdaus, 1997), hal. 64.
[4]
Drs. Jalaluddin Rakhmat. ‘Ulum Al-Quran. (Bandung: 1431 H), hal. 49.
[5]
Ibid, hal. 49.
[6]
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dkk, Op Cit, hal. 65-67.
[7]
Ibid, hal. 67-69
[8]
Dr.Fahd bin Abdirrahman Ar-Rumi. Dirosat fi ‘Ulum Al-Qur’an.
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hal. 176.
[9]
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal.116.
[10]Drs.
Jalaluddin Rakhmat. Op Cit, hal. 58.
[11]S.H
Prof.R.H.A.Soenarjo, Alqur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemahan Alqur’an, 1971), hal. 70.
[12]Drs.
Jalaluddin Rakhmat. Op Cit, hal. 59.
[13]
S.H Prof.R.H.A.Soenarjo, Op Cit, hal. 157.